ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PARKINSON
A. Pengertian
Penyakit Parkinson adalah gangguan otak progresif yang ditandai oleh degenerasi neuron-neuron penghasil dopamin yang terletak dalam hemisper serebrum di suatu bagian yang disebut ganglion basal.
B. Etiologi
Penyebab penyakit parkinson termasuk virus, toksik vaskuler dan etiologi genetik, dan juga faktor-faktor yang tidak diketahui gejalanya yang karakteristik juga dijumpai pada pasien arteriosclerosis, yang menyebabkan oleh sebagian kalangan diyakini bahwa arteriosclerosis merupakan juga faktor penyebab. Sindrom parkinson yang disebabkan oleh obat bisa juga terjadi yaitu obat yang mempengaruhi sintesa atau mempengaruhi reseptor striatal dopamin. Obat-obat tersebut adalah:
1. Reserpine (serpasil)
2. Phenithiszines
3. Butjrophenones (contoh: haloperidol)
C. Patofisiologi
Secara tepat kelainan di batang otak, yaitu di subtansia nigra mesensefalon sebagai substrat penyakit parkinson. Pemeriksaan makroskopik memperlihatkan daerah yang pucat (depigmentasi) pada pars kompakta substansia nigra yang dengan jelas menunjukkan lenyap atau berkurangnya jumlah sel-sel neuromelanin yang menghasilkan dopamin pada penyakit parkinson. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopik terlihat adanya badan-badan lewy yang merupakan incrusion body dan mendesak granula-granula neuromelanin yang tersisa ke tepi juga terlihat dekstruksi sel dengan fagositosis sisa sel dan pigmen, serta sel-sel yang masih ada akan menciut dan bervakuola.
Penderita penyakit ini biasanya dimulai pada usia 10 - 60 tahun. Faktor genetik mungkin mempunyai peranan penting pada beberapa keluarga, khususnya bila terdapat pada usia di bawah 40 tahun disebut parkinsonismus juvenilis.
D. Manifestasi Klinis
Secara ringkas, gejala klinis utama terdiri dari 3 gejala, yaitu:
1. tremor
2. regiditas
3. akinesia
Adapun gejala lain yang dapat ditemukan antara lain:
• gangguan saraf okulomotorius
• krisis oligurik
• rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri
• hipotensi postural
• gangguan fungsi pernafasan
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan untuk menegakkan diagnostik pada peyakit parkinson. pemeriksaan klinis dan anamnese, serta respon pasien tentang pemakaian obat terhadap penyakit dapat memperkuat dugaan diagnosa.
Bila tidak dapat jawaban adanya dementia kronis, CT Scan memperlihatkan atropi cerebral. EEG hanya memperlihatkan sedikit kelambatan pengosongan lambung dan hipomolitas.
F. Terapi
1. Medikamenfosa
• Tujuan : menghilangkan gejala
• Dasarnya : meningkatkan transmisi neuron dopaminergik atau
menurunkan transmisi neuron depaminergik atau menurunkan transmisi neuron kholinergik.
• Caranya : mulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan bertahap, pengobatan dihentikan bila ada efek samping.
• Obatnya :
a. Antikholinergik → trihexilphenidil HCL
b. Levodopa → madopar, levaside
c. Dopamin agonis → bromokriptin
d. Amantadin → symmentrel
e. Antidepresi → amitriptilin
2. Fisioterapi
3. Operatif : dilakukan bila tidak ada respon dengan obat.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
• Data Subyektif:
1. Pengertian pasien tentang penyakit
2. Keluhan kelelahan
3. Koordinasi kacau
4. Tidak mampu membuat pertimbangan dan emosi tidak stabil
5. Tidak peka terhadap panas
• Data Obyektif:
1. Menderita tremor
2. Respon muskuler terhadap gerakan
3. Reflek postur
4. Penampilan muka (seperti memakai masker)
5. Liur menetes
6. Gaya berjalan
7. Batang tubuh ekstensi ke depan
8. Percobaan sensori
9. Tidak mampu melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari
10. Timbul dementia (30% kasus)
11. Terjadi konstipasi yang kadang-kadang sangat parah
12. Kesulitan menelan
13. Terjadi erupsi kulit yang bersisik eritematitosus, terutama dekat telinga pada kelopak mata, kepala dan pada lipatan nasolabial.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan:
1. kerusakan komunikasi berhubungan dengan disartria sekunder terhadap ataksia otot bicara.
2. kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan efek kekuatan otot, tremor, dan perlambatan gerakan pada aktifitas kehidupan sehari-hari.
C. Perencanaan
• Perawat akan meminimalkan dan mengatasi komplikasi terapi,
Diagnosa Keperawatan I:
Kerusakan komunikasi berhubungan dengan disartria sekunder terhadap ataksia otot bicara.
Tujuan atau kriteria hasil:
memperagakan tehnik dan latihan untuk memperbaiki otot bicara dan menguatkan otot.
menunjukkan perbaikan kemampuan untuk ekspresi diri.
Intervensi:
1. Jelaskan efek gangguan bicara
2. Jelaskan keuntungan latihan perbaikan bicara setiap hari
3. Ajarkan klien tindakan yang dianjurkan oleh Asosiasi Parkinsons Amerika (1986):
a. praktikan di depan cermin
b. lakukan latihan untuk memperbaiki kenyaringan suara
c. lakukan latihan untuk memperbaiki variasi suara
d. lakukan latihan lidah beberapa kali
e. praktikan latihan bibir dan rahang, ulangi beberapa kali
f. lakukan latihan untuk memperlambat latihan bicara
g. latihan berbagai ekspresi wajah di depan cermin
h. baca koran kuat-kuat, tentukan berapa banyak kata-kata dapat klien ucapkan dalam sekali bernafas sebelum volume menurun.
4. Rujuk klien ke terapies bicara dan bahan rujukan dari yayasan tertentu.
Diagnosa Keperawatan II:
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan efek kekakuan otot, tremor dan perlambatan gerakan pada aktifitas kehidupan sehari-hari.
Tujuan dan kriteria hasil:
Memperagakan latihan untuk memperbaiki mobilitas.
Memperagakan kuda-kuda gaya berjalan yang luas dengan lengan berayun.
Mengidentifikasi satu strategi untuk meningkatkan kemandirian.
Menunjukkan tujuan untuk latihan di rumah.
Intervensi:
1. Jelaskan penyebab gejala.
2. Ajarkan klien untuk berjalan tegak, pandangan lurus, dengan kaki renggang dan tangan mengayun dengan normal.
3. Instruksikan klien untuk latihan tiga sampai lima kali seminggu, sedikitnya 30 menit setiap sesi.
4. Konsul dengan ahli terapi atau perawat spesialis klinis untuk program latihan khusus.
5. Tekankan pada klien bahwa kepatuhan terhadap program latihan benar-benar merupakan pilihan pasien.
6. Libatkan anggota keluarga atau orang terdekat dalam sesi penyuluhan: "tekankan bahwa mereka bukan menjadi polisi pada kepatuhan klien".
7. Rujuk ke dokter terapies atau bahan rujukan untuk pedoman latihan khusus.
8. Diskusikan strategi untuk mempertahankan kemandirian sedapat mungkin.
9. Bahas pentingnya menyelesaikan tugas dan merencanakan masa depan.
10. Rujuk ke diagnosa keperawatan keletihan pada indeks untuk interval tambahan.
D. Evaluasi
Evaluasi mencakup pasien dan pemberi pelayanan.
Pertanyaan untuk bahan pertimbangan adalah:
1. Apakah pasien makan obat sesuai anjuran?
2. Apakah pasien dapat menguraikan cara pemakaian obat?
3. Apakah program pelatihan diikuti?
4. Apakah aktifitas sehari-hari dapat diselesaikan?
5. Apakah pasien bebas infeksi?
6. Apakah eliminasi berjalan tanpa kesukaran?
7. Apakah kulit bebas dari tekanan-tekanan?
8. Apakah pasien dapat melaporkan tentang perawatan lanjutan?
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall, 1995. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Corwin Elizabeth J, BSN, Phd, 1997. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Long Barbara C, 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung.
Price Sylvia A & Wilson Lorraine M, 1994. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar