Selasa, 18 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Kateter CVP

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PEMAKAIAN KATETER CVP

I. PENGERTIAN
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.

II. LOKASI PEMANTAUAN
Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis

Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava superior

III. INDIKASI PEMASANGAN
Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok.
Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.
Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
Pasien dengan gagal jantung.
Pasien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).
Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif).

IV. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP al :
Perdarahan.
Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).
Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak.
Pericardial effusion.
Aritmia
Infeksi.
Perubahan posisi jalur.

V. PENGKAJIAN
Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat.
Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman
Frekuensi napas, suara napas
Tanda kemerahan / pus pada lokasi punksi
Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter
Kesesuaian posisi jalur infus set
Tanda-tanda vital, perfusi
Tekanan CVP
Intake dan out put
ECG Monitor

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi emboli darah berhubungan dengan efek pemasangan kateter vena central 

VII. TUJUAN KEPERAWATAN
a. Perawatan akan menangani atau mengurangi komplikasi dari emboli darah

VIII. RENCANA KEPERAWATAN
1. Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian obat heparin dosis rendah bagi klien yang beresiko tinggi sampai ia ambulasi.(terapi heparin dosis rendah akan mengakibatkan viskositas darah dan daya ikat trombosis menurun dan memungkinkan resiko terjadinya embolisme)
2. Pantau tanda-tanda dan gejala embolisme pulmonal
Nyeri dada akut dan jelas
Dispnea, kelelahan, sianosis
Penurunan saturasi oksigen
Takikardia
Distensi vena jugularis
Hipotensi
Dilatasi venrikel kanan akut tanpa penyakit parenkim(pada ronsen dada)
Kekacauan mental
Disritmia jantung
(oklusi arteri pulmonal mengganggu aliran darah ke paru-paru bagian distal mengakibatkan hipoksia)
3. Jika manifestasi ini terjadi, lakukan protokol pada syok :
Pertahankan kateter IV (untuk pemberian cairan dan obat-obatan)
Berikan pengobatan pemberian cairan sesuai dengan protokol
Pasang kateter indwelling (foley) (untuk memantau volume sirkulasi melalui haluaran urine)
Lakukan pemantauan EKG dan pemantauan invasif hemodinamik (untuk mendeteksi disritmia dan pedoman pengobatan)
Berikan vasopressor untuk meningkatkan ketahanan perifer dan meningkatkan tekanan darah
Berikan natrium bikarbonat sesuai indikasi (untuk mengoreksi asidosis metabolik)
Berikan obat-obat digitalis, diuretik IV dan agen aritmia sesuai indikasi
Berikan morfin dosis rendah secara IV (menurunkan ansietas dan menurunkan kebutuhan metabolisme )
Siapkan klien untuk prosedur angiografi dan/ atau skaning perfusi paru-paru ( untuk memastikan diagnosis dan mendeteksi luasnya atelektasis)
(Karena kematian akibat embolisme pulmonal masif terjadi dalam 2 jam pertama setelah awitan, intervensi segera adalah sangat penting)
4. Berikan terapi oksigen melalui kateter nasal dan pantau saturasi oksigen. (dengan tindakan ini akan meningkatan sirkulasi oksigen secara cepat)
5. Pantau nilai elektrolit, GDA, BUN, DL (pemeriksaan laboratorium ini membantu menentukan status perfusi dan volume)
6. Lakukan pengobatan trombolisis, mis : urokinase, streptokinase sesuai dengan program dokter (trombolisis dapat menyebabkan lisisnya emboli dan meningkatkan perfusi kapiler pulmonal)
7. Setelah pemberian infus trombolisis, lakukan pemberian pengobatan dengan heparin. (IV secara terus menerus atau intermitten). (Heparin dapat menghambat atau memperlambat proses terbentuknya trombus dan membantu mencegah pembentukan dan berulangnya pembekuan.

IX. IMPLEMENTASI
Disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun.

X. EVALUASI
Tidak ditemukan tanda-tanda emboli darah

DAFTER PUSTAKA

Anna Owen, 1997. Pemantauan Perawatan Kritis. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan .EGC. Jakarta.

Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Volume I. EGC. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket