A. Definisi
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
B. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara.
Beberapa faktor resiko tersebut adalah:
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang mwanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar.
Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2.
Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.
Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik).
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun.
Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara
7. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan.
Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
8. Obesitas pasca menopause.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
9. Pemakaian alkohol.
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
10. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
11. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.
12. Penyinaran.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
13. Faktor resiko lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
C. Patofisiologi
Kanker payudara berasal dari unsur epitel parenkim payudara. Kesatuan fungsional terkecil payudara disebut lobulus, yang terbentuk oleh kelompokan asinus dengan fungsi sekresi air susu dan struktur saluran keluarnya, yang berukuran kecil disebut duktulus, yang lebih besar disebut duktus. Papila atau puting susu adalah muara duktus ekskretorius bentuk lobus yang bercabang dalam sekelompok lobulus. Kanker payudara yang berasal dari epitel asinus dalam lobulus disebut Karsinoma Lobular sedangkan kanker yang berasal dari epitel duktulus atau duktus disebut Karsinoma Duktal. Keganasan setempat yang masih terbatas intra lobular atau intra duktal, belum ada kerusakan membran basalis dalam asinus dan duktulus atau duktus, jadi belum ada tanda invasi ke jaringan di luar lobulus atau duktus, merupakan tahap awal karsinoma payudara. Pertumbuhan lebih lanjut dari masing-masing keganasan tersebut tetap seperti keadaan semula atau menyebuk (invasif). Jaringan di luar lobulus atau duktulus atau duktus. Pertumbuhan keganasan yang tidak menyibuk kemana-mana disebut karsinoma invasif = karsinoma insitu.
Karsinoma lobular maupun duktal baik bersifat invasif atau non invasif yang berukuran kurang dari 0,5 cm (ada yang memakai patokan kurang dari 1 cm) disebut karsinoma payudara minimal (dini), secara klinik. Dan apabila ditinjau dari populasi sel ganas, masa minimal terdeteksi tersebut diperkirakan telah mencapai 30 doublings sehingga berbentuk 10 sel tumor ganas. Sel tumor ganas mengadakan pembelahan secara tidak teratur dan diperkirakan satu waktu doubling berkisar antara 30 sampai 200 hari atau lebih. Sehingga status dini klinis tidak sama dengan status dini biologis. Apabila invasi tumor ganas mencapai pembuluh limfe atau pembuluh darah, akan terjadi emboli sel tumor ganas, sehingga akan memungkinkan penyebaran limfogen atau hematogen baik regional atau metastasis jauh. Perjalanan penyakit lebih lanjut secara klinis dinyatakan secara klinis T.N.M.
Staging (Penentuan Stadium Kanker)
Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis.
Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):
- Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal
- Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara
- Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
- Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada
- Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis:
1. Jenis sel kanker
2. Gambaran kanker
3. Respon kanker terhadap hormon
Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause.
4. Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.
D. Manifestasi klinik
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit.
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Benjolan atau massa di ketiak
- Perubahan ukuran atau bentuk payudara
- Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
- Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
- Payudara tampak kemerahan
- Kulit di sekitar puting susu bersisik
- Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
- Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
E. Pathway
a. ÿÿpÿÿn fLinÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿopLine
F. Penatalaksanaan medis
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor.
Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).
Pembedahan breast-conserving
1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya
2. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak
3. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker.
Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik.
Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.
Mastektomi
1. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh.
Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.
2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.
3. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat.
Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon.
Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.
Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara).
Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan.
Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan karsinoma lobuler.
Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen.
Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal in situ tidak pernah mengalami kekambuhan.
Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi penyinaran.
Kanker payudara inflamatori adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan membengkak.
Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.
Rekonstruksi payudara
Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya.
Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.
Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita.
Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan.
Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan.
Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.
Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar
Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan kulit.
Kanker muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati.
Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya pengobatan seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk.
Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Tetapi jika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Terapi penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan kanker yang telah menyebar ke otak.
Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:
- kanker yang didukung oleh estrogen
- penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun setelah terdiagnosis - kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.
Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama.
Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.
Kemoterapi yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin, paclitaxel, dosetaxel, vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini seringkali digunakan sebagai tambahan pada pemberian obat penghambat hormon.
Kanker pada stadium awal jarang menimbulkan gejala, karena itu sangat penting untuk melakukan penyaringan.
Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara:
1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
2. Mammografi.
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara.
Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun.
3. USG payudara.
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.
4. Termografi.
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri.
Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting susu.
Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
G. Pencegahan
Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan.
Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembhan jika masih pada stadium dini.
SADARI, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.
Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi resiko kanker payudara, yaitu tamoksifen dan raloksifen. Keduanya adalah anti estrogen di dalam jaringan payudara.
Tamoksifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita yang telah menjalani pengobatan untuk kanker payudara.
Obat ini bisa digunakan pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi.
Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).
H. Pemeriksaan fisik
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain faktor estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi lebih kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi.
Penderita diperiksa dengan bagian atas terbuka :
1. Posisi tegak (duduk)
Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas kesamping, dan pemerisa berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada ispeksi dilihat : simetri payudara kanan – kiri , kelainan papila, letak dan bentuknya, adakah retraksi putting susu, kelainan kulit, tanda-tanda radang, peau d’ orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain.
2. Posisi baring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas lapangan dada ; jika perlu bahu/ punggung dengan bantal kecil pada penderita-penderita payudaranya yang sakit. Palpasi ini dilakukan dengan mempergunakan palang distal dan falang medial jari II, III, IV dan dikerjakan secra sistematis mulai dari kranial setingi iga ke-2 sampai ke distal setinggi iga ke-6.
3. Menetapkan keadaan tumornya
a. Lokasi tumor menurut kwadran di payudara atau teletak di daerah sentral (subareoral dan dibawah papil).
b. Ukuran tumor, konsistensi, batas-batas tumor tegas atau tidak tegas.
c. Mobilitas tumor terhadap kulit dan m.pektoralis atau dinding dada.
I. Kemungkinan diagnosa
Pre operasi
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses desak ruang jaringan payudara.
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah berhubungan dengan pembesaran jaringan poayudara.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi
Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri (post op) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi jaringan
3. Resti infeksi berhubungan dengan pemajanan luka insisi terhadap lingkungan luar
4. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan depresi medulla oblongata.
5. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret
6. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus
8. Gangguan body image berhubungan dengan krisis situasi
.
J. Nursing Care Plan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien memiliki bersihan jalan nafas yang efektif dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan hilangnya dispnea
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas Mandiri
1. Catat perubahan upaya dan pola bernafas
2. Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya/peningkatan fremitus
3. Catat karakteristik bunyi nafas
4. Bantu dengan batuk/nafas dalam, ubah posisi dan penghisapan sesuai indikasi
Kolaborasi
1. Berikan oksigen lembab, cairan IV
2. Berikan terapi aerosol, nebuliser ultrasonik
3. Bantu dengan fisioterapi dad, contoh drainase postural, perkusi dada/vibrasi sesuai indikasi
1. Penggunaan otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas
2. Ekspansi dada terbatas atau tak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus
3. Karakteristik dapat berubah tergantung pada penyebab/etiologi gagal pernafasan
4. Pengumpulan sekresi mengganggu ventilasi atau edema paru
1. Kelembaban menghilangkan dan memobilisasi sekret dan meningkatkan transpor oksigen
2. Pengobatan diberikan untuk mengirim oksigen/bronkodilatasi/kelembaban dengan kuat pada alveoli dan untuk memobilisasi sekret
3. Meningkatkan drainase/eliminasi sekret paru ke dalam sentral bronkus
2. Gangguan rasa nyaman nyeri (post op) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat mengontrol dan mengurangi nyeri, dengan kriteria hasil :
- Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/di hilangkan.
- Tampak santai.
- Dapat beristirahat atau tidur.
- Ikut serta dalam aktifitas seuai kemampuan.. Mandiri
1. Catat umur dan berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensifitas idiosinkratik analgesik dan proses intra operasi. (mis : ukuran/lokasi insisi penggantian saluran, zat-zat anastesi ) yang di gunakan
2. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan taki kardia, hipertensi, dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
3. Evaluasi rasa sakit secara regular (mis : setiap 2 jam x 12) catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0-10 ).
4. Lakukan reposisi sesuai petunjuk.
5. Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis : latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Kolaborasi :
1. Analgesik IV (setelah mengulangi catatan anestesi untuk kontraindikasi dan/atau menyebabkan analgesia) ; menyediakan analgesia setiap saat dengan dosis penyelamat yang intermiten
2. Analgetik dikontrol pasien (ADP).
3. Anestesi lokal, misalnya blok epidural.
1. Pendekatan pada manajemen sakit pasca operasi berdasarkan pada factor-faktor variasi multiple.
2. Sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektifitas intervensi.
3. Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
4. Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatka sirkulasi
5. Lepaskan tegangan emosional dan otot ; tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.
1. Analgesik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa sakit, menimbulkan penghilangan yng lebih efektif dengan obat dosis kecil. Pemberian IM akan memakan waktu lebih lama dean keefektifanya bergantung kepada tingkat dan absorbsi sirkulasi.
2. Penggunaan ADP mengharuskan instruksi secara detail pada metode penggunaanya dan harus di pantau secara ketat namun dianggap sangat efektif dalam mengatasi rasa sakit pasca operasi dengan jumlah narkotik yang sedikit.
3. Analgesik mungkin di injekskan ke dalam lokasi operasi atau saraf ke lokasi yang mungkin tepat terlindung pada pascaoperasi yang segera untuk mencegah penyakit.
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi jaringan
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat
Kriteria hasil :
- Mencapai penyembuhan luka
- Mendemonstrasikan tingkah laku/tekhnik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah komplikasi.
Mandiri
1. Beri penguatan pada balutan awal/pengantian sesuai indikasi.Gunakan tekhnik aseptic yang ketat.
2. Secara hati-hati lepaskan perekat.
3. Gunakan sealant atau barier kulit sebelum perekat jika di perlukan.Gunakan perekat yang halus/silk (hipoalergik atau perekat Montgoumery/elastis untuk membalut luka yang membutuhkan pergantian balutan yang sering ).
4. Periksa tegangan balutan. Beri perekat pada pusat insisi ke tepi luar dari balutan luka. Hindari menutup pada seluruh ekstremitas.
5. Periksa luka secara teratur catat karakteristik dan integritas kulit.
Kolaborasi :
1. Berikan es pada daerah luka jika di butuhkan.
2. Irigasi luka ; bantu dengan melakukan debridemen sesuai kebutuhan.
1. Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi.
2. Mengurangi resiko trauma kulit dan gangguan pada luka.
3. Menurunkan resiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan perlindungan tambahan untuk kulit atau jaringan yang halus.
4. Dapat menggangu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus bagian distal dari ekstremitas.
5. Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
1. Menurunkan pembentukan edema yang mungkin menyebabka tekanan yang tidak dapat di identifikasi pada luka selama periode pasa operasi tertentu.
2. Membuang jaringan nekrotik/luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.
4. Gangguan body image berhubungan dengan krisis situasi
Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 1 x 60 menit di harapkan pasien dapat menerima keadaanya/harga diri yang kuat, dengan kriteria hasil :
- Menyatakan masalah dan menunjukkan yang sehat untuk menghadapinya.
- Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh/tubuh. Mandiri
1. Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat.diskusikan persepsi diri pasien sehubungan dengan antisipasi perubahan dan pola hidup khusus.
2. Kaji stress emosi pasien.identifikasi kehilangan pada pasien/orang terdekat.dorong pasien untuk mengekspresikan dengan tepat.
3. Berikan informasi akurat,kuatkan informasi yang di berikan sebelumnya.
4. Ketahui kekuatn individu dan identifikasi perilaku koping positif sebelumnya.
5. Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas.
Kolaborasi
1. Rujuk konseling professional sesuai kebutuhan
1. Memberikan minat dan perhatian ; memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsep
2. Perawat perlu menyadari apakah arti tindakan ini terhadap pasien untuk menghindari tindakan kurang hati-hati/terlalu menyendiri. Tergantung pada alas an pembedahan (contoh kanker atau pendarahan jangka panjang) wanita merasa takutr atau bebas. Ia merasa takut tak mampu memenuhi peran reproduksi dan mengalami kehilangan
3. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi.
4. Membantu dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi pasien untuk di gunakan dalam situasi saat ini
5. Meningkatkan saling berbagi keyakinan/nilai tentang subjak sensitive dan mengidentifikasi kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.
1. Mungkin memerlukan bantuan untuk atasi perasaan kehilangan.
5. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien memiliki pola nafas yang efektif dengan kriteria hasil :
- Menetapkan pola nafas yang normal
- Tidak terdapat sianosis dan tanda-tanda hipoksia lainnya Mandiri
1. Pantau TTV secara terus-menerus
2. Auskultasi suara napas. Dengarkan adanya mengi, crow, dan atau keheningan selesai ekstubasi
3. Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan, perluasan rongga dada, retraksi/pernafasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara
4. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan
5. Observasi pengembalian fungsi otot, terutama otot-otot pernafasan
Kolaborasi
1. Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan
2. Berikan obat-obatan IV seperti nalokson (narkan) atau doksapram (dopram)
3. Berikan/pertahankan alat bantu
pernafasan (ventilator)
1. Meningkatnya pernafasan, takikardi/bradikardi menunjukkan kemungkinan adanya hipoksia
2. Kurangnya suara nafas adalah indikasi adanya obstruksi oleh mukus.
3. Dilakukan untuk memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaiki dapat segera dilakukan
4. Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari muntah.
5. Setelah pemberian obat-obat relaksasi otot selama masa intraoperatif, pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi pada diafragma, otot-otot interkostal, dan laring yang akan diikuti dengan relaksasi kelompok otot-otot utama
1. Dilakukan untuk meningkatkan pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anastesi dan mendorong pengeluaran gas tersebut melalui zat-zat inhalasi
2. Narkan akan mengubah induksi narkotik yang menekan SSP dan Dopram menstimulasi gerakan otot-otot pernafasan
3. Dilakukan tergantung pada penyebab depresi pernafasan atau jenis pembedahan, selang endotrakeal mungkin tetap pada tempat dan penggunaan mesin bantu pernafasan dipertahankan untuk jangka waktu tertentu
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien memiliki pola defekasi yang normal dengan kriteria hasil :
- Menunjukan bunyi usus/aktifitas peristaltic aktif.
- Mempertahankan pola eliminasi biasanya. Mandiri
1. Auskultasi bising usus. Perhatikan distensi abdomen, adanya mual muntah.
2. Bantu pasien untuk duduk pada tempat tidur dan jalan.
3. Dorong pemasukan cairan adekuat ; termasuk sari buah, bila pemasukan peroral di mulai.
4. Berikan rendam duduk.
Kolaborasi :
1. Batasi pemasukan peroral sesuai indikasi.
2. Perhatikan selang NGT sesuai indikasi.
3. Berikan cairan jernih/banyak di kembangkan menjadi makanan halus sesuai toleransi.
4. Gunakan selang rektal ; lakukan kompres hangat pada perut, bila tepat.
5. Berikan obat, contoh pelunak feses, minyak mineral, laksatif sesuai indikasi
1. Indikator adanya perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan intervensi.
2. Ambulasi dini membantu merangsang fungsi intestinal dan mengembalikan peristaltic.
3. Meningkatkan perlunakan feses, dapat membantu merangsang peristaltic.
4. Meningkatkan relaksasi otot, meminimalkan ketidaknyamanan.
1. Mencegah mual/muntah sampai peristaltic kembali (1-2 hari).
2. Mungkun di pasang pada pembedahan untuk dekompresi lambung.
3. Bila peristaltic mulai, pemasukan makanan dan minuman meningkatkan kembalinya eliminasi usus normal.
4. Meningkatkan pasase flatus.
5. Meningkatkan pembentukan/pasase pelunakfeses.
7. Resti infeksi berhubungan dengan pemajanan luka insisi terhadap lingkungan luar.
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tidak mengalami infeksi akibat komplikasi penyakit, dengan kriteria hasil: Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi factor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
- Pertahankan lingkungan aseptic yang aman.
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak demam
Mandiri
1. Tetap pada fasilitas kontrol infeksi,
2. sterilisasi, dan prosedur/kebijakan aseptic.
3. Fasilitasi penggunaan alat .
4. Ulangi studi laboratorium untuk kemungkinan infeksi istemik
5. Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yng terjadi.
Kolaborasi :
1. Lakukan irigasi luka yang banyak.
2. Dapatkan spesimen kultur/pewarnaan Gram.
3. Berikan antibiotik ssuai petunjuk.
1. Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk mencegah infeksi.
2. Benda-benda yang di paket mungkun tampak steril, meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti di periksa kesterilanya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket dan teknik pengiriman Sterilisasi paket/tanggal kadaluarsa, nomor lot/seri harus di dokumentasikan jika perlu.
3. Peningkatan SDP akan mengindikasikan adanya infeksi di mana prosedur operasi akan mengurangi atau munculnya infeksi sistemik/organ. Di mana mungkuin dapat menyebabkan kontra indikasi dari prosedur pembedahan dan/atau anestesi.
4. Gangguan pada intregitas kulit atau dekat dengan lokasi operasi atau sumber kontaminasi luka..
5. Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan resiko infeksi
1. Dapat di gunakan pada intra operasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis : tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
2. Identifikasi segera tipe-tipe organisme infeksi dengan pewarnaan Gram, yang memungkinkan di perlukanya pengobatan yang sesuai pada waktu identifikasi yang lebih khusus melalui kultur dapat di peroleh dalam waktu beberapa hari/jam
3. Dapat di berikan secara profilaksis bila di curigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.
BAB II
TINJAUAN KASUS
Kasus 25
Klien Ny. H 53 th masuk RS sejak kemarin, anda melakukan pengkajian tanggal 10 Agustus 2005. dari data rujukan RS daerah sebelumnya klien terdiagnosa ca mammae stadium III B. Keluhan utama saat pengkajian nyeri pada bagian payudara yang sakit, skala nyeri 5, dan klien menyatakan nafsu makan menurun karena mual. Mengeluh badan lemas sudah 1 pekan. Status obstetricG4 P4 AO. Klien makan 3x/hari. Menghabiskan porsi makannya hanya ½ dari yang disediakan. Terpasang DC 200 cc sejak 3 jam. BAK 1x/hari lunak. Lingkar mata tampak hitam, konjungtiva pucat, mengantuk, sesekali menguap, mata agak kemerahan. Dan tampak lesu. BB sekarang 37 kg, TB 144 cm, Hb 8,9 gram%. Klien mengeluh susah tidur memikirkan penyakitnya dan rencana opreasi mastektomo radikal oleh dokter. TD 100/70 mmHg, nadi kuat 86x/menit, RR 24x/menit, T 37,0 C. Dari pemeriksaan payudra didapat, mammae kanan terbalut kassa dengan rembesan darah. Bau tidak sedap.
Soal A
1. Buat NCP sesuai dengan data yang ada !
2. Bagaimana dengan implementasi dan evaluasi terkait !
JAWABAN :
1. Rencana NCP pada klien
A Pengkajian
Data Subyektif
1. Identitas pasien
Nama : Ny H
Umur : 53 tahun
2. Keluhan Utama : Nyeri pada bagian payudara yang sakit, skala nyeri 5
3. Riwayat kesehatan sekarang : Ca mamae stadium III B
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan : G4P4A0
5. Keluhan yang dirasakan :
Klien mengeluh susah tidur memikirkan penyakitnya dan rencana operasi mastektomi radikal oleh dokter.
Klien menyatakan nafsu makan menurun karena mual.
Mengeluh badan lemas sudah 1 pekan.
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kedaan umum : lemas dan tampak lesu
b. Tekanan darah : 100/70 mm Hg
c. Nadi : 86 x/mnt
d. RR : 24 x/menit
e. Suhu : 37 oC
f. Tinggi Badan : 144 cm
g. Berat badan : 37 kg
2. Pemeriksaan fisik
Mata : lingkar mata tampak hitam, konjungtiva pucat, mengantuk, mata agak kemerahan.
Payudara : mammae kanan terbalut kassa dengan rembesan darah, bau tidak sedap.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hb : 8,9 gram %
B Analisa Data
No Data Etiology MK
1 Data Subyektif
• Klien mengeluh nyeri pada bagian payudara yang sakit
• Klien mengtakan skala nyeri 5
Data objektif
_ Proses desak ruang jaringan payudara Nyeri
2. Data subjektif
Klien mengeluh sussah tidur memikirkan penyakitnya dan rencana mastektomi radikal oleh dokter.
Data objektif
Tekanan darah : 100/70 mm Hg
Nadi : 86 x/mnt
Krisis situasional Cemas
3. Data subyektif
• Klien menyatakan nafsu makan menurun karena mual.
• Klien mengeluh badan lemas sudah 1 pekan.
Data objektif
• Klien menghabiskan porsi makan ½ dari yang disediakan.
• BB 37 kg
• TB 144 cm Penurunan intake per oral kurang dari kebutuhan Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Data subyektif
_
Data obyektif
• Dari pemeriksaan payudara didapt mammae kanan terbalut kassa dengan rembesan darah.
• Bau tidak sedap. Pemajanan erhadap mikroorganisme Resiko tinggi infeksi
C Prioritas masalah
1. Nyeri
2. Cemas
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resiko tinggi infeksi
D Diagnosa keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses desak ruang jaringan payudara
b) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan terapinya
c) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake per oral kurang dari kebutuhan.
d) Resiko tinggi infeksi berhbungan dengan pemajanan terhadap mikroorganisme luar.
E Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses desak jaringan payudara
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat mengontrol dan mengurangi nyeri, dengan kriteria hasil :
- TTV normal
- TD : 120/80 mmHg
- RR : 24x/menit
- N : 80x/menit
- T : 37,5 oC
- Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/di hilangkan.
- Tampak santai.
- Dapat beristirahat atau tidur.
- Dapat menerapkan tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
- Ikut serta dalam aktifitas seuai kemampuan..
- Klien mampu mendemonstrasikan terapi farmakologis seperti meminum obat sesuai indikasi Mandiri
- Catat umur dan berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensifitas idiosinkratik analgesik dan proses intra operasi. (mis : ukuran/lokasi insisi penggantian saluran, zat-zat anastesi ) yang di gunakan
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi, dan peningkatan pernapasan.
- Evaluasi rasa sakit secara regular (mis : setiap 2 jam x 12) catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0-10 ).
- Lakukan reposisi sesuai petunjuk.
- Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis : latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Kolaborasi :
Berikan narkotik / analgesik sesuai indikasi
- Pendekatan pada manajemen sakit pasca operasi berdasarkan pada factor-faktor variasi multiple.
- Perubahan TTV merupakan indikator nyeri.
- Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
- Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatka sirkulasi. Posisi semi fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung arthritis.
- Lepaskan tegangan emosional dan otot ; tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.
Memberikan penghilang ketidaknyamanan/nyeri dan memfasilitasi tidur, partisipasi pada terapi pascaoperasi.
2.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan terapinya
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan klien berkurang atau bahkan menghilang dengan kriteria hasil :
1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya.
2. Klien mengetahui tindakan-tindakan keperawatan/pengobatan yang akan dilalui
3. Klien mengetahui tindakan yang akan dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi
4. Kecemasan berkurang di tunjukkan dengan wajah tenang, rileks dan TTV stabil :
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
5. Klien mengutarakan cara mengantisipasi kecemasan
6. Klien merasa senang atas kehadiran teman-temannya
7. Klien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Mandiri
1. Pantau TTV
2. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Dorong diskusi terbuka tentang tumor, pengalaman orang lain.
4. Memberikan penyuluhan prognosis penyakit dan terapinya.
5. Berikan informasi yang akurat sesuai kebutuhan dan jika diminta oleh klien/orang terdekat
6. Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidakberhasilan penyesuaian
7. Berikan dorongan spiritual
8. Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan
Kolaborasi
Berikan anticemas/hipnotik sesuai indikasi misalnya, diazepam (valium), flurazepam (dalmane), lorazepam (ativan)
1. Peningkatan denyut jantung, nadi, nafas dan perubahan suhu merupakan indikator adanya suatu kecemasan
2. Membantu pasien dalam membangun kepercayaan terhadap tenaga kesehatan
3. Membantu klien untuk meningkatkan kemandirian dalam pengambilan keputusan
4. Meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit yang dialami
5. Informasi yang kompleks/informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
6. Untuk mengetahui kemampuan memecahkan masalah yang efektif, meningkatkan motivasi, dan meningkatkan sistem pendukung yang positif
7. Perasaan dekat dengan Tuhan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam mengurangi kecemasan
8. Keluarga merupakan support sistem yang utama bagi klien
Zat-zat anti cemas berguna untuk periode yang singkat untuk membantu pasien/orang terdekat dalam mengurangi ancietas ke tingkat yang dapat diatasi, memberikan kesempatan untuk memulai kemampuan koping klien
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake per oral kurang dari kebutuhan Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tercukupi kebutuhan nutrisinya.
Dengan kriteria hasil:
- klien mengahabiskan porsi makanannya dan makan 3 x sehari
- BB kembali normal
( 40 – 43 kg)
Mandiri
- Pantau masukan setiap hari
- Ukur tinggi badan, berat badan dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometrik lainnya sesuai indikasi)
- Kontrol faktor lingkungan
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
- Identifikasi pasien yang mengalami mual
Kolaborasi :
Berikan diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein dan kemudian masukkan cairan adekuat,
- Mengidentifikasi kekurangan nutrisi atau kebuuhan terapi.
- Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometri kurang dai normal.
- Lingkungan dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
- Meningkatkan seleramakan klien.
- Mual atau muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap antiemetik.
- Memberikan nutrien yang cukup untuk memperbaiki energi, mencegah penggunaan otot, meningkatkan regenerasi jaringan ayau penyembuhan, dan keseimbangan elektrolit
4.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap mikro organisme.
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tidak mengalami infeksi akibat komplikasi penyakit, dengan kriteria hasil: Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi factor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
- Pertahankan lingkungan aseptic yang aman.
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak demam
Mandiri
- Tetap pada fasilitas kontrol infeksi, sterilisasi, dan prosedur/kebijakan aseptic.
- Fasilitasi penggunaan alat secara steril..
- Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yng terjadi misalnya dengan pengkajian REEDA (Redness, Edema, Ekimosis, Discharge, Approximately).
- Identifikasi gangguan pada teknik aseptic dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
Kolaborasi :
- Lakukan irigasi luka yang banyak.
- Dapatkan spesimen kultur/pewarnaan Gram.
- Berikan antibiotik ssuai petunjuk.
- Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk mencegah infeksi.
- Benda-benda yang di paket mungkin tamak steril, meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti di periksa kesterilanya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket dan teknik pengiriman Sterilisasi paket/tanggal kadaluarsa, nomor lot/seri harus di dokumentasikan jika perlu.
- Gangguan pada intregitas kulit atau dekat dengan lokasi operasi atau sumber kontaminasi luka. Menggunting/bercukur secara berhati-hati adalah imperatif untuk mencegah abrasi dan penolehan pada kulit.
- Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan resiko infeksi.
- Dapat di gunakan pada intra operasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis : tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
- Identifikasi segera tipe-tipe organisme infeksi dengan pewarnaan Gram, yang memungkinkan di perlukanya pengobatan yang sesuai pada waktu identifikasi yang lebih khusus melalui kultur dapat di peroleh dalam waktu beberapa hari/jam.
Dapat di berikan secara profilaksis bila di curigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.
Dari evaluasi lebih lanjut didapatkan data : Masih tampak lingkaran hitam disekitar matanya. Klien akan mencoba minum susu hangat sebelum tidur agar mempermudahnya terlelap. TD 110/80 mmHg, RR20 x/menit, N 80 x/menit. Klien dapat mendemonstrasikan cara tekhnik nafas dalam untuk mengurangi nyeri, skala nyeri 4. klien mencoba untuk tidur tetapi tidak bisa terlelap karena panas dan ramai oleh pengunjung pasien lainnya. Klien menyatakan paling suka sayur sop tetapi di RS jarang disediakan. Keluarga klien menyatakan dapat menyediakan makanan kesukaan klien agar klien mau makan banyak. Saat penggantian balutan tampak mammae seperti bunga kol, perdarahan dan nanah (+), bau (+). Klien tidak dapat menggerakkan tangan kanannya karena nyeri. Klien tampak menyendiri dan jarang terlibat percakapan dengan klien lainnya ataupun pengunjung yang mengunjunginya.
Soal B
1. Apakah terdapat Dx keperawatan baru ?
2. Bagaimana dengan prioritas Dx keperwatan anda bila ada Dx barii dan buat NCPnya !
Jawaban
A Analisa data
No Data Masalah keperawatan
1 Data subyektif
_
Data obyektif
Klien tampak menyendiri dan jarang terlibat percakapan dengan klien lainnya ataupun pengunjung yang mengunjunginya. Menarik diri
B Prioritas masalah
1. Menarik diri
2. Nyeri
3. Resiko tinggi infeksi
4. pemenuhan nutrisi kurang dari nutrisi
C Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri : Menarik diri berhubungan dengan krisis situasional
2. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses desak jaringan payudara ( Stadium III B )
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap mikroorganisme.
4. pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake per oral kurang dari kebutuhan
No watan Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses desak ruang jaringan payudara.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien mampu mengontrol nyeri yang dibuktikan dengan
1. Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat
2. Mengungkapkan berkurangnya nyeri
Mandiri
Tentukan adanya lokasi dan sifat ketidaknyamanan.
Berikan kompres panas lembab diantara 380-43,20C selama 20 menit, 3-4 x/hari setelah 24 jam pertama
Kaji nyeri tekan tentukan adnya dan frekuensi atau intensitas after pain. Perhatikan faktor-faktor pemberat
Catat umur dan berat pasien, masalah medis/psikologis yang mungkin muncul kembali, sensitivitas idiosinkratik analgesik dan proses intra operasi yang digunakan.
Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis dan gerakan melindungi atau terbatas
.
Kaji tanda-tanda vital.
Ubah posisi klien.
Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan.
Kolaborasi
Berikan analgesik sesuai dengan indikasi.
Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat
Memberi anastesia local, meningkatkan vasokonstriksi dan mengurangi edema dan vasodilatasi
Meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control, dan kembali memfokuskan perhatian..
Pendekatan pada manajemen rasa sakit pasca operasi berdasarkan pada faktor-faktor variasi multiple.
Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung.
Dapat mengidentifikasi rasa sakit dan ketidaknyamanan.
Merilekskan ototdan mengalihkan perhatian dari sensori nyeri, meningkatkan kenyamanan.
Untuk memahami penyebab nyeri.
Untuk mencegah rasa sakit..
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah berhubungan dengan pembesaran jaringan payudara.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien mampu
Mempunyai koping yang efektif
Menerima kondisinya Dorong pertanyaan saat ini dan harapan yang akan datang.
Identifikasi masalah peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita karir dan sebagainya.
Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan mis : marah, bermusuhan dan berduka.
Yakinkan perasaan / masalah pasangan sehubungan dengan aspek seksual, dan memberikan informasi dan dukungan.
Kehilangan payudara menyebabakan reaksi, termasuk perasaan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
Dapat menyatakan bagaimana pandangan diri pasien telah berubah.
Kehilangan bagian tubuh dam menerima kehilangan hasrat seksual menambah proses kehilangan yang membutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depan.
Respon negative yang diarahkan pada pasien dapat secara actual menyatakan masalah pasangan tentang rasa sedih pasien, takut kanker / kem atian, kesulitan dalam menghadapi perubahan kepribadian / perilaku pasien, atau ketidakmampuan untuk melihat area operasi.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien paham tentang tindakan prosedur yang dibuktikan dengan:
• Klien mengerti beberapa istilah tentang prosedur
• Klien mampu menggambarkan prosedur operatif secara sedarhana Catat tingkat stres dan apakah prosedur direncanakan atau tidak
Berikan informasi akurat dengan istilah- istilah sederhana
Gambarkan prosedur pra operatif dengan jelas,dan berikan rasional dengan tepat
Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk pasien /orang terdekat. Anjurkan bahwa orang terdekat ada kapanpun diinginkan.
Diskusikan peran rehabilitasi setelah pembedahan
Mengidentifikasi kesiapan klien /pasangan untuk menerima informasi
Memberikan informasi dan mengklarifikasi kesalahsn konsep. Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman klien terhadap situasi.
Inpormasi memungkinkan klien mengantipasi kejadian dan memahami alasan intervensi atau tindakan
Waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi perasaan tentang antisipasi kehilangan dan masalah lain. Komunikasi terapeutik dan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan sebagainya memudahkan proses ini.
Rehabilitasi adalah komponen terapi penting untuk memenuhi kebutuhan fisik, social, emosional, dan vokasional sehingga pasien dapat mencapai tingkat fisik dan fungsi emosi sebaik mungkin.
B. POST OPERASI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa nyaman nyeri (post op) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat mengontrol dan mengurangi nyeri, dengan kriteria hasil :
- Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/di hilangkan.
- Tampak santai.
- Dapat beristirahat atau tidur.
- Ikut serta dalam aktifitas seuai kemampuan.. Mandiri
Catat umur dan berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensifitas idiosinkratik analgesik dan proses intra operasi. (mis : ukuran/lokasi insisi penggantian saluran, zat-zat anastesi ) yang di gunakan
Kaji tanda-tanda vital, perhatikan taki kardia, hipertensi, dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
Evaluasi rasa sakit secara regular (mis : setiap 2 jam x 12) catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0-10 ).
Lakukan reposisi sesuai petunjuk.
Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis : latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Kolaborasi :
Analgesik IV (setelah mengulangi catatan anestesi untuk kontraindikasi dan/atau menyebabkan analgesia) ; menyediakan analgesia setiap saat dengan dosis penyelamat yang intermiten
Analgetik dikontrol pasien (ADP).
Anestesi lokal, misalnya blok epidural.
Pendekatan pada manajemen sakit pasca operasi berdasarkan pada factor-faktor variasi multiple.
Sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektifitas intervensi.
Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatka sirkulasi.
Lepaskan tegangan emosional dan otot ; tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.
Analgesik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa sakit, menimbulkan penghilangan yng lebih efektif dengan obat dosis kecil. Pemberian IM akan memakan waktu lebih lama dean keefektifanya bergantung kepada tingkat dan absorbsi sirkulasi.
Penggunaan ADP mengharuskan instruksi secara detail pada metode penggunaanya dan harus di pantau secara ketat namun dianggap sangat efektif dalam mengatasi rasa sakit pasca operasi dengan jumlah narkotik yang sedikit.
Analgesik mungkin di injekskan ke dalam lokasi operasi atau saraf ke lokasi yang mungkin tepat terlindung pada pascaoperasi yang segera untuk mencegah penyakit.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi jaringan
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat
Kriteria hasil :
- Mencapai penyembuhan luka
- Mendemonstrasikan tingkah laku/tekhnik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah komplikasi.
Mandiri
Beri penguatan pada balutan awal/pengantian sesuai indikasi.Gunakan tekhnik aseptic yang ketat.
Secara hati-hati lepaskan perekat.
Gunakan sealant atau barier kulit sebelum perekat jika di perlukan.Gunakan perekat yang halus/silk (hipoalergik atau perekat Montgoumery/elastis untuk membalut luka yang membutuhkan pergantian balutan yang sering ).
Periksa tegangan balutan. Beri perekat pada pusat insisi ke tepi luar dari balutan luka. Hindari menutup pada seluruh ekstremitas.
Periksa luka secara teratur catat karakteristik dan integritas kulit.
Kolaborasi :
Berikan es pada daerah luka jika di butuhkan.
Irigasi luka ; bantu dengan melakukan debridemen sesuai kebutuhan.
Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi.
Mengurangi resiko trauma kulit dan gangguan pada luka.
Menurunkan resiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan perlindungan tambahan untuk kulit atau jaringan yang halus.
Dapat menggangu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus bagian distal dari ekstremitas.
Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
Menurunkan pembentukan edema yang mungkin menyebabka tekanan yang tidak dapat di identifikasi pada luka selama periode pasa operasi tertentu.
Membuang jaringan nekrotik/luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.
3. Resti infeksi berhubungan dengan pemajanan luka insisi terhadap lingkungan luar
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tidak mengalami infeksi akibat komplikasi penyakit, dengan kriteria hasil: Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi factor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
- Pertahankan lingkungan aseptic yang aman.
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak demam
Mandiri
Tetap pada fasilitas kontrol infeksi, sterilisasi, dan prosedur/kebijakan aseptic.
Fasilitasi penggunaan alat .
Ulangi studi laboratorium untuk kemungkinan infeksi istemik.
Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yng terjadi.
Identifikasi gangguan pada teknik aseptic dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
Kolaborasi :
Lakukan irigasi luka yang banyak.
Dapatkan spesimen kultur/pewarnaan Gram.
Berikan antibiotik ssuai petunjuk.
Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk mencegah infeksi.
Benda-benda yang di paket mungkun tampak steril, meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti di periksa kesterilanya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket dan teknik pengiriman Sterilisasi paket/tanggal kadaluarsa, nomor lot/seri harus di dokumentasikan jika perlu.
Peningkatan SDP akan mengindikasikan adanya infeksi di mana prosedur operasi akan mengurangi atau munculnya infeksi sistemik/organ. Di mana mungkuin dapat menyebabkan kontra indikasi dari prosedur pembedahan dan/atau anestesi.
Gangguan pada intregitas kulit atau dekat dengan lokasi operasi atau sumber kontaminasi luka..
Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan resiko infeksi.
Dapat di gunakan pada intra operasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis : tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
Identifikasi segera tipe-tipe organisme infeksi dengan pewarnaan Gram, yang memungkinkan di perlukanya pengobatan yang sesuai pada waktu identifikasi yang lebih khusus melalui kultur dapat di peroleh dalam waktu beberapa hari/jam.
Dapat di berikan secara profilaksis bila di curigai terjadinya infeksi
4. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan depresi medulla oblongata.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit yang dibuktikan dengan:
Kebutuhan cairan terpenuhi dengan 2000-2500 ml/hari
Eliminasi urin teratur
TTV normal
Mual muntah berkurang
Tidak ada luka pembengkakan
Tidak ada hipotensi akibat penurunan vasomotor Mandiri
Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal). Tinjau ulang catatan intraoperasi
Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan
Berikan bantuan pengukuranberkemih sesuai kebutuhan. Misalnya privasi, posisi duduk, air yang mengalir dalam BAK, mengalirkan air hangat diatas perineum.
Pantau tanda-tanda vital
Catat munculnya mual muntah. Riwayat pasien mabuk perjalanan
Periksa pembalut pada alat drein pada interval regular. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan
Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Kolaborasi :
Berikan cairan parenteral, produksi darah dan/ atau plasma sekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan intravena jika diperlukanPilaktik sehubungan dengan resiko infeksi
Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/ kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi
Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada system genitourinarius dan/ atau struktur yang membedakan (misalnya: ureteroplasti, ureterolitotomi, histeroktomi abdominal ataupun vaginal), mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi system urinarius.
Meningkatkan relaksasi oto parineal dan memudahkan upaya pengosongan.
Hipotensi, takikardi, peningkatan pernafasan mengindikasikan kekurangan cairan, misal dehidrasi/ hipovolemia.
wanita pasien dengan obesitas dan mereka yang memiliki kecenderungan mabuk perjalanan penyakit memiliki risiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa pascaoperasi. Selain itu semakin lama durasi anestesi, semakin besar resiko untuk mual.
Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/ hemoragi. Pembengkakan local mungkin mengindikasikan formasi hematoma/ perdarahan. Catatan kedalam rongga (misalnya retroperitoneal) mungkin tersembunyi dan hanya terdiagnosa melalui depresi tanda-tanda vital, laporan pasien akan sensasi tekanan pada daerah yang terpengaruh
Kulit dingin/ lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.
Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalkan ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, pingsan kardiovaskuler. Catatan : pada awalnya mungkin dibutuhkan peningkatan volume untuk mendukung volume sirkulasi/ mencegah hipotensi karena penurunan tonus vasomotor akan mengikuti pemberian fluothane. Pemasukan oral bergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal.
5. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien memiliki bersihan jalan nafas yang efektif dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan hilangnya dispnea
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas Mandiri
Catat perubahan upaya dan pola bernafas
Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya/peningkatan fremitus
Catat karakteristik bunyi nafas
Bantu dengan batuk/nafas dalam, ubah posisi dan penghisapan sesuai indikasi
Kolaborasi
Berikan oksigen lembab, cairan IV
Berikan terapi aerosol, nebuliser ultrasonik
Bantu dengan fisioterapi dad, contoh drainase postural, perkusi dada/vibrasi sesuai indikasi
Penggunaan otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas
Ekspansi dada terbatas atau tak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus
Karakteristik dapat berubah tergantung pada penyebab/etiologi gagal pernafasan
Pengumpulan sekresi mengganggu ventilasi atau edema paru
Kelembaban menghilangkan dan memobilisasi sekret dan meningkatkan transpor oksigen
Pengobatan diberikan untuk mengirim oksigen/bronkodilatasi/kelembaban dengan kuat pada alveoli dan untuk memobilisasi sekret
Meningkatkan drainase/eliminasi sekret paru ke dalam sentral bronkus.
6. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien memiliki pola nafas yang efektif dengan kriteria hasil :
- Menetapkan pola nafas yang normal
- Tidak terdapat sianosis dan tanda-tanda hipoksia lainnya Mandiri
Pantau TTV secara terus-menerus
Auskultasi suara napas. Dengarkan adanya mengi, crow, dan atau keheningan selesai ekstubasi
Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan, perluasan rongga dada, retraksi/pernafasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara
Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan
Observasi pengembalian fungsi otot, terutama otot-otot pernafasan
Kolaborasi
Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan
Berikan obat-obatan IV seperti nalokson (narkan) atau doksapram (dopram)
Berikan/pertahankan alat bantu
pernafasan (ventilator)
Meningkatnya pernafasan, takikardi/bradikardi menunjukkan kemungkinan adanya hipoksia
Kurangnya suara nafas adalah indikasi adanya obstruksi oleh mukus.
Dilakukan untuk memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaiki dapat segera dilakukan
Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari muntah.
Setelah pemberian obat-obat relaksasi otot selama masa intraoperatif, pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi pada diafragma, otot-otot interkostal, dan laring yang akan diikuti dengan relaksasi kelompok otot-otot utama
Dilakukan untuk meningkatkan pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anastesi dan mendorong pengeluaran gas tersebut melalui zat-zat inhalasi
Narkan akan mengubah induksi narkotik yang menekan SSP dan Dopram menstimulasi gerakan otot-otot pernafasan
Dilakukan tergantung pada penyebab depresi pernafasan atau jenis pembedahan, selang endotrakeal mungkin tetap pada tempat dan penggunaan mesin bantu pernafasan dipertahankan untuk jangka waktu tertentu
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien memiliki pola defekasi yang normal dengan kriteria hasil :
- Menunjukan bunyi usus/aktifitas peristaltic aktif.
- Mempertahankan pola eliminasi biasanya. Mandiri
Auskultasi bising usus. Perhatikan distensi abdomen, adanya mual muntah.
Bantu pasien untuk duduk pada tempat tidur dan jalan.
Dorong pemasukan cairan adekuat ; termasuk sari buah, bila pemasukan peroral di mulai.
Berikan rendam duduk.
Kolaborasi :
Batasi pemasukan peroral sesuai indikasi.
Perhatikan selang NGT sesuai indikasi.
Berikan cairan jernih/banyak di kembangkan menjadi makanan halus sesuai toleransi.
Gunakan selang rektal ; lakukan kompres hangat pada perut, bila tepat.
Berikan obat, contoh pelunak feses, minyak mineral, laksatif
Indikator adanya perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan intervensi.
Ambulasi dini membantu merangsang fungsi intestinal dan mengembalikan peristaltic.
Meningkatkan perlunakan feses, dapat membantu merangsang peristaltic.
Meningkatkan relaksasi otot, meminimalkan ketidaknyamanan.
Mencegah mual/muntah sampai peristaltic kembali (1-2 hari).
Mungkun di pasang pada pembedahan untuk dekompresi lambung.
Bila peristaltic mulai, pemasukan makanan dan minuman meningkatkan kembalinya eliminasi usus normal.
Meningkatkan pasase flatus.
Meningkatkan pembentukan/pasase pelunakfeses.
8. Gangguan body image berhubungan dengan krisis situasi
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat menerima keadaanya/harga diri yang kuat, dengan kriteria hasil :
- Menyatakan masalah dan menunjukkan yang sehat untuk menghadapinya.
- Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh/tubuh. Mandiri
Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat.diskusikan persepsi diri pasien sehubungan dengan antisipasi perubahan dan pola hidup khusus.
Kaji stress emosi pasien.identifikasi kehilangan pada pasien/orang terdekat.dorong pasien untuk mengekspresikan dengan tepat.
Berikan informasi akurat,kuatkan informasi yang di berikan sebelumnya.
Ketahui kekuatn individu dan identifikasi perilaku koping positif sebelumnya.
Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas.
Kolaborasi
Rujuk konseling professional sesuai kebutuhan
Memberikan minat dan perhatian ; memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsep
Perawat perlu menyadari apakah arti tindakan ini terhadap pasien untuk menghindari tindakan kurang hati-hati/terlalu menyendiri. Tergantung pada alas an pembedahan (contoh kanker atau pendarahan jangka panjang) wanita merasa takutr atau bebas. Ia merasa takut tak mampu memenuhi peran reproduksi dan mengalami kehilangan
Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi.
Membantu dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi pasien untuk di gunakan dalam situasi saat ini
Meningkatkan saling berbagi keyakinan/nilai tentang subjak sensitive dan mengidentifikasi kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.
Mungkin memerlukan bantuan untuk atasi perasaan kehilangan.
IMPLEMENTASI / NURSING NOTE
Dx Hari / tanggal IMPLEMENTASI RESPON TTD
1 Rabu, 10 agustus 2005
Jam 08.00 WIB 1. Mengajarkan klien tehnik non farmakologis untuk mengurangi nyeri yaitu tehnik relaksasi.
2. Mengajarkan klien tehnik napas dalam
3. Mengajarkan klien menginterprestasikan nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0 - 10
4. Membantu klien untuk meningkatkan rasa nyaman.
5. Memberikan kompres lembab pada daerah payudara
1. Klien mampu menggunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
2. Klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
3. Klien menginterprestasikan nyerinya dalam skala 4
4. Klien mengatakan nyeri berkurang.
5. Klien merasa nyaman.
2. Rabu, 10 agustus 2005
Jam 08.00 WIB 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
2. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakitnya.
3. Memberikan informasi tentang penyakitnya dan proses terapinya
4. Menjelaskan tentang pentingnya proses terapi
5. Mengobservasi tingkat pengetahuan klien
1. Menceritakan keluhan dan kecemasan akan penyakitnya.
2. Klien bekerjasama dalam proses pengkajian
3. Klien bekerjasama dalam proses keperawtan
4. Klien mampu bekerjasama dalam pemberian penyuluhan kesehatan
5. Klien mampu menyebutkan dan menjelaskan kembali tentang materi yang telah disampaikan, kegelisahan klien sudah berkurang
3. Rabu, 10 agustus 2005
Jam 08.00 WIB 1. Memantau masukan makanan setiap hari.
2. Menciptakan suasana makan yang menyenangkan
3. Mengukur berat badan klien 1. Klien bekerja sama dalam pemberian asupan makanan
2. Klien menjadi berselera untuk makan
3. Berat badan klien bertambah
4. Rabu, 10 agustus 2005
Jam 08.00 WIB 1. Mengontrol tindakan infeksi seperti mencuci tangan dll.
2. Memeriksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi misalnya dengan pengkajian REEDA (Redness, Edema, Ekimosis, Discharge, Approximately) 1. Klien mampu bekerja sama dalam perawatan kesehatan.
2. Klien mampu bekerja sama dalam proses keperawatan.
EVALUASI
No Dx Evaluasi TTD
1. S : Klien mengatakan nyeri terkontrol
O : Pengukuran skala nyeri sudah menurun mencapai skala 4
A : Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
P : Pertahankan hasil yang telah dicapai
2. S : Klien mengatakan akan mencoba minum susu hangat sebelum tidur agar mempermudahknnya terlelap.
O : Masih tampak lingkaran hitam di matanya, TD 110/80 mmHg, N 80 x/menit
A : Cemas yang dialami klien sedikit berkurang
P : Pertahankan hasil yang telah dicapai dan teruskan intervensi
3. S : Klien menyatakan paling suka sayur sop, tetapi di RS jarang disediakan.
O : Klien mau makan karena keluarga dapat menyediakan makanan kesukaan klien
A : Pemenuhan nutrisi tercukupi
P : Pertahankan hasil yang telah di capai dan teruskan intervensinya.
4. S : _
O : Tampak mammae seperti bunga kol, perdarahan dan nanah (+) dan bau (+).
A : Belum bisa teratasi
P : Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk mencegah infeksi.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1
2
3
4 Gangguan konsep diri : Menarik diri berhubungan dengan krisis situasional
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses desak ruang jaringan payudara
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap mikro organisme.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake per oral kurang dari kebutuhan Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tampak mau berinteraksi dengan kriteria hasil :
1. Bina hubungan saling percaya
2. klien mampu mengungkapkan perasaannya
Setelah di lakukan asuhan keperawatan di harapkan pasien dapat mengontrol dan mengurangi nyeri, dengan kriteria hasil :
- TTV normal
- TD : 120/80 mmHg
- RR : 24x/menit
- N : 80x/menit
- T : 37,5 oC
- Tampak santai.
- Dapat beristirahat atau tidur.
- Dapat menerapkan tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
Ikut serta dalam aktifitas seuai kemampuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tidak mengalami infeksi akibat komplikasi penyakit, dengan kriteria hasil: Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi factor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
- Pertahankan lingkungan aseptic yang aman.
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak demam
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien tercukupi kebutuhan nutrisinya.
Dengan kriteria hasil:
- klien mengahabiskan porsi makanannya dan makan 3 x sehari
- BB kembali normal
( 40 – 43 kg)
1. Berikan informasi yang akurat. Diskusikan tentang pengobatan dan prognosa dengan jujur jika pasien sudah berada pada fase menerima
2. bicarakan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien / orang terdekat. Kaji interaksi antara pasien dan orang terdekat
3. terima keadaan pasien, perlihatkan perhatian kepada pasien sebagai individu anjurkan pasien mengidentifikasi kekuatan, beri umpan balik yang positif untuk memgembangkan atau kemajuan yang ada.
4. hati hati terhadap lelucon yang berorientasi seksual / menggoda atau adanya perilaku agresif. Hilangkan kehawatiran, ketakutan perasaan saat ini / harapan harapan di masa datang.
Mandiri
- Catat umur dan berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensifitas idiosinkratik analgesik dan proses intra operasi. (mis : ukuran/lokasi insisi penggantian saluran, zat-zat anastesi ) yang di gunakan
- Kaji tanda-tanda vital
- Evaluasi rasa sakit secara regular (mis : setiap 2 jam x 12) catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0-10 ).
- Lakukan reposisi sesuai petunjuk
- Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis : latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Kolaborasi :
Berikan narkotik / analgesik sesuai indikasi
Mandiri
- Tetap pada fasilitas kontrol infeksi, sterilisasi, dan prosedur/kebijakan aseptic.
- Fasilitasi penggunaan alat secara steril..
- Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yng terjadi misalnya dengan pengkajian REEDA (Redness, Edema, Ekimosis, Discharge, Approximately).
- Identifikasi gangguan pada teknik aseptic dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
Kolaborasi :
- Lakukan irigasi luka yang banyak.
- Dapatkan spesimen kultur/pewarnaan Gram
Berikan antibiotik ssuai petunjuk.
Mandiri
- Pantau masukan setiap hari
- Ukur tinggi badan, berat badan dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometrik lainnya sesuai indikasi)
- Kontrol faktor lingkungan
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
- Identifikasi pasien yang mengalami mual
Kolaborasi :
Berikan diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein dan kemudian masukkan cairan adekuat
1. Fokus informasi harus diberikan pada kebutuhan – kebutuhan sekarangdan segera lebih dulu dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi jangka panjang. Informasi harus di ulang sampai pasien dapat mencari / mengintegrasikan informasi
2. perubahan yang aktual dari gambaran diri pasien mungkin berbeda dari yang dirasakan pasien. Penyimpangan mungkin secara tidak sadar disebabkan oleh orang terdeka atau keluarga
3. membina suasana teraupetik pada pasien untuk memulai penerimaan diri
4. kecemasan berkembang sebagai akibat dari hilangnya atau adanya perubahan harga diri yang sering menghancurkan dan meluluhkan hati khususnya perubahan fungsi / penampilan
- Pendekatan pada manajemen sakit pasca operasi berdasarkan pada factor-faktor variasi multiple.
- Perubahan TTV merupakan indikator nyeri
Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.
Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatka sirkulasi. Posisi semi fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung arthritis.
Lepaskan tegangan emosional dan otot ; tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.
Memberikan penghilang ketidaknyamanan/nyeri dan memfasilitasi tidur, partisipasi pada terapi pascaoperasi
- Tetapkan mekanisme yang di rancang untuk mencegah infeksi.
- Benda-benda yang di paket mungkin tamak steril, meskipun demikian, setiap benda harus secara teliti di periksa kesterilanya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket dan teknik pengiriman Sterilisasi paket/tanggal kadaluarsa, nomor lot/seri harus di dokumentasikan jika perlu.
- Gangguan pada intregitas kulit atau dekat dengan lokasi operasi atau sumber kontaminasi luka. Menggunting/bercukur secara berhati-hati adalah imperatif untuk mencegah abrasi dan penolehan pada kulit.
- Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan resiko infeksi.
- Dapat di gunakan pada intra operasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis : tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
- Identifikasi segera tipe-tipe organisme infeksi dengan pewarnaan Gram, yang memungkinkan di perlukanya pengobatan yang sesuai pada waktu identifikasi yang lebih khusus melalui kultur dapat di peroleh dalam waktu beberapa hari/jam.
- Dapat di berikan secara profilaksis bila di curigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.
- Mengidentifikasi kekurangan nutrisi atau kebuuhan terapi.
- Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometri kurang dai normal.
- Lingkungan dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
- Meningkatkan seleramakan klien.
- Mual atau muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap antiemetik.
Memberikan nutrien yang cukup untuk memperbaiki energi, mencegah penggunaan otot, meningkatkan regenerasi jaringan ayau penyembuhan, dan keseimbangan elektrolit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar